Minggu, 04 Agustus 2013
Bima Satria Garuda
Serial yang ditunggu-tunggu oleh sebagian besar fans tokusatsu di Indonesia; Bima Satria Garuda. Kembalinya serial superhero di layar kaca Indonesia ini mulai tayang hari Minggu 30 Juni 2013 lalu pada pukul 8.30 pagi di saluran RCTI, dan akan ditayangkan ulang (rerun) pada hari Sabtu setelahnya pukul 15.00. Sudah banyak yang membuat review dan saya memang tergolong telat, ya daripada tidak sama sekali.
Sinopsis:
Sebelum episode dimulai, Bima muncul dan memberi pesan kepada anak-anak untuk menjaga jarak saat menonton. Ya, tidak sekedar tulisan "jaga jarak dari televisi" saja seperti Kamen Rider & Super Sentai, tapi lebih seperti pesan pada awal episode di serial Tomica Hero. Langsung berpindah pada adegan narasi Rasputin, raja Vudo, sang antagonis, yang mencari planet yang cocok sebagai pengganti sumber daya planetnya, dan tujuannya adalah Bumi, tepatnya Jepa-- eh, Indonesia.
Di Bumi, komandan Vudo yaitu Topeng Besi mendatangi sebuah rumah. Ternyata di rumah tersebut ada seorang ilmuwan yang menciptakan mesin yang menghubungkan 2 dunia berbeda. Tapi penemuannya itu malah membuat Vudo menemukan Bumi. Sang ilmuwan dan keluarganya sudah bersiap-siap meninggalkan rumah itu, tapi terlambat. Topeng Besi membakar rumah itu, dan hanya ada satu yang selamat, putra sulung sang ilmuwan; Ray Bramasakti. Sebelum seluruh rumah hangus, Ray diselamatkan oleh asisten ayahnya.
21 tahun telah berlalu, adegan berpindah ke sebuah bengkel motor. Ray kini telah menjadi pegawai bengkel tersebut bersama Randy kakak angkatnya. Ray diadopsi oleh keluarga Iskandar (yang kemungkinan adalah asisten ayahnya yang tadi, belum ada konfirmasi). Setelah penjelasan Ray soal motor yang terdengar lebih mirip iklan motor, datang Rena, adik kandung Randy. Gadis ini mengajak Ray jalan-jalan.
Terlihat seperti jalan-jalan yang menyenangkan, sampai tiba-tiba muncul bintang jatuh yang meminta tolong, dan hanya Ray yang bisa mendengarnya. Entah karena sudah bosan berduaan dengan Rena atau dia takut sama badut yang lagi juggling, Ray langsung menuju ke gedung pencakar langit random dimana bintang tadi jatuh. Di puncak gedung itu, terlihat seorang pemuda berjubah yang dikepung oleh pasukan Vudo. Dia bisa melawan, tapi lama-lama kesulitan juga, sampai Ray datang membantu. Di tengah pertarungan, pemuda tadi hampir jatuh tapi Ray langsung meraih tangannya. Pemuda itu merasakan sesuatu pada Ray, dan ternyata benar, Ray adalah orang yang dia cari.
Berubah a go-go, baby! Dengan mengenakan Bima Changer dan stock footage, Ray berubah menjadi Satria Garuda Bima. Dengan gagah Bima mengalahkan para pasukan Vudo, tapi Rena dibawa oleh beberapa pasukan yang kabur ke sebuah hutan random yang sangat tidak nyambung dengan Monas. Bima berhasil menyelamatkan Rena, tapi pada saat yang sama muncul Topeng Besi. Dia menyerang Bima dan berusaha mengambil Red Power Stone (sumber kekuatan Bima).
Review:
Awal yang baik. Ceritanya tetap soal baik vs jahat, dan ada beberapa hal klise yang juga saya temukan di tokusatsu Jepang. Asal mula Ray menjadi Bima mengingatkan saya pada Eiji Hino menjadi Kamen Rider OOO. Mereka berdua nampak benar-benar random untuk mendapatkan kekuatan masing-masing, meski untuk Ray kemungkinan karena dia terlibat insiden 21 tahun lalu? Kita tunggu saja sampai beberapa episode mendatang.
Perpindahan adegan kadang ada yang terasa canggung. Randy yang saat itu sedang mengetes motor ("Loh kok ini (motor) bisa nyala?" segera menjadi meme) tahu-tahu sudah tiba di taman Monas dengan baju berbeda? Dan juga Ray yang menuju gedung random itu nampaknya jauh..... ya sudahlah ini serial untuk anak-anak. Tapi saya akui pengambilan kameranya cukup bagus.
Satu hal yang jadi pembicaraan setelah episodenya tayang; dialog baku. Kita semua harus ingat kalau rating Bima memang ditujukan pada anak-anak, bahkan dibawah rating penonton anak-anak di Kamen Rider. Ini agak mengingatkan saya dengan Power Rangers, yang juga menggunakan dialog baku di negaranya, jadi terdengar kaku juga. Mungkin karena kita sudah kebanyakan nonton yang buatan Jepang, jadi dialog Jepang saat sedang makan saja mungkin terdengar begitu berapi-api bagi para penonton luar Jepang...
Akting... sebenarnya saya tidak mau komentar ini karena saya juga bukan guru akting. Masih agak nyambung dengan dialog baku diatas, karena dibuat baku, jadi tidak ada dialog G4UL antar tokoh. Mungkin untuk kedepannya akan dibuat lebih santai? Karena di episode 1 ini serba "serious business." Mungkin karena masih episode pembuka...
Dan ini mungkin yang mendapat tanggapan positif dari kebanyakan orang; adegan pertarungan. Salut karena para pemerannya juga mendapat porsi adegan bertarung (seperti Garo). Lalu untuk pertarungan Bima terasa sekali perpaduan koreografi Indonesia dan Jepang, awalnya saya merasa janggal karena terdengar seperti adegan yang direkam langsung tanpa ditimpa efek-efek suara, dimana pada tokusatsu Jepang dilakukan penimpaan efek suara. Tapi saya sadar, itu ciri khas adegan tarung di film Indonesia, bahkan termasuk sinetron laga, jadi boleh lah sebagai identitas.
Eh iya hampir lupa bahas lagu pembukanya. Dinyanyikan oleh band Ungu, berjudul "Seperti Bintang." Lagu ini juga jadi banyak yang suka, bahkan sampai orang luar negeri banyak yang ketagihan. Sayangnya yang dalam negeri sudah ngecap 4L4Y duluan. Ketahuan nih cuma tahu Ungu dari pas jaman lagu-lagu mereka mellow ("Demi Waktu") dan Pasha (vokalis) rambut pendek. Saya sendiri suka Ungu pas sebelum mellow itu, pas jaman Pasha gondrong, dengan andalan lagu "Bayang Semu." Sayangnya semua berubah saat mereka harus ikut lagu mainstream yang justru bikin mereka lebih sukses dan populer. Semoga dengan adanya lagu "Seperti Bintang" ini, Ungu bisa kembali ke masa-masa enerjiknya dulu.
Sumber:
http://rossoeagle.blogspot.com/2013/07/bima-satria-garuda-episode-01-review.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar